BAYAR SENDIRI – SENDIRI DALAM BAHASA INGGRIS

Contoh kalimat:
^
^
Yuk kita ke kantin, tapi bayar sendiri- sendiri ya?
^
^
Let’s go to canteen, but go Dutch (split bill) okay?
^
^
#lesprivat#lesprivatbahasainggris#lesprivatbahasainggrispalembang#belajarbahasainggris#belajarbahasainggrismudah#palembangterpantau#rumahinggris.lampung#kursus#kursusprivat#palembanghits#berita_kitogalo#palembang.update#englishwithus#en glishwithfun#englishwithkids#englishincafe#sumselnews#palembangtop#palembangtrending#aviationschool#sekolahpramugari#sman1palembang #smansapalembang

Sir Arya and student

Assallamualaikum wr_wb. Halo Palembang wong kito galo. Sir Arya SPd skrg buka les privat utk wilayah kota Palembang. Grammar and Conversation. Guru yg datang ke rumah, untuk semua level_ SD, SMP, SMA, Kuliah, karyawan dan umum. Persiapan tes TOEFL, interview bahasa Inggris, English for specific purposes (ESP) untuk bidang penerbangan dan sekolah perawat kesehatan. Bagi yg membutuhkan atau informasi, bisa menghubungi Sir Arya SPd. Telp_ WA_ 0852-6801-5920

SEJARAH MUNCULNYA TARI TANGGAI

Di Sumatera Selatan ini, memang sejak jaman kolonial sudah dikenal banyak tarian yg membawa tepak, memakai tanggai, yg berfungsi sebagai Tari Sambut, tetapi judul, gerak dan irama disesuaikan dengan masing2 daerah. Ibu Ana Kumari menciptakan Tari Tepak Kraton, memakai tanggai dan membawa tepak, Ibu Maimunah Hasbullah Bandar Nata memberi judul Tari Tepak, juga membawa tepak dan memakai tanggai, gerakannya diambil dari Tari Gending Sriwijaya. Sedangkan Ibu Elly Rudy, menciptakan tari yg berjudul Tari Tanggai, juga membawa tepak dan memakai tanggai, dan Tari Tanggai ini juga sebagai Tari Sambut atas inisiatif almarhum Raden Husin Natodirajo dan Mgs Nungcik Asaari tahun 1965 di Jakarta krn tari Gending Sriwijaya tidak ditampilkan karena alasan politik. Diperkuat oleh budayawan Palembang almarhum R. Johan Hanafiah. Diangkat dari adat rasan tuo. Dan Tari Tanggai versi Elly Rudy bahkan sdh dibukukan oleh almarhum Sartono M.Sn,Yuli Sudartati M.Sn, dan Vebri Al Lintani dalam buku Selayang Pandang. Jadi yang memang meneliti adalah Saudara Sartono M.Sn dan Yuli Sudartati M.Sn dan Tari Tanggai versi Elly Rudy setelah selesai diteliti diangkat menjadi bahan ajar di Universitas PGRI FKIP jurusan sendratasik. Dan dalam buku Tari Tanggai Selayang Pandang, hal 49, saudara Vebri menulis sendiri beliau tidak menggeluti seni tari dan hanya sebagai fasilitator Diskusi dan Lokakarya Tari Tanggai yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Palembang.

Jadi sebenarnya tidak ada polemik yang berkembang di masyarakat karena Elly Rudy memang benar menciptakan Tari yang berjudul Tari Tanggai yang menurut Sartono M.Sn. versi Elly Rudy, maka permasalahan tentang siapa pencipta tari Tanggai, Tari yang memakai tanggai banyak di Sumatera Selatan. Jadi kalo memang ada yang beranggapan polemik, maka Tari Tanggai mana yang sebenarnya dimaksud? Tapi tari yang berjudul Tari Tanggai Versi Elly Rudy memang benar ciptaan Elly Rudy karena telah dilakukan penelitian secara akademisi oleh Sartono, M.Sn. pada tahun 2000. Dalam bukunya yang berjudul Tari Tanggai Versi Elly Rudy sebagai Tari Penyambutan Tamu Kehormatan, yang diterbitkan tahun 2000, Sartono telah melakukan penelitian berupa analisis, koreografi dan fungsi Tari yang berjudul Tari Tanggai Versi Elly Rudy.

Selama 57 tahun menciptakan Tari yang berjudul Tari Tanggai, tidak pernah ada polemik yang berkembang dalam masyarakat dan bisa diterima oleh masyarakat bahkan menjadi bahan ajar di SMKIK tahun 1984, dan menjadi bahan ajar di Universitas PGRi Prodi Seni Pertunjukan kurikulum Tari Daerah Setempat (TDS) sejak tahun 2006 sampai hari ini.

Sebenarnya dari dulu sampai sekarang tidak polemik yang berkembang dimasyarakat tentang siapa pencipta tari Tari Tanggai, Karena tari yang berjudul Tari Tanggai Versi Elly Rudy telah dilakukan penelitian secara akademisi oleh Sartono, M.Sn. pada tahun 2000. Dalam bukunya yang berjudul Tari Tanggai Versi Elly Rudy sebagai Tari Penyambutan Tamu di Kotamadya Palembang Sumsel, yang diterbitkan tahun 2000, Sartono telah melakukan penelitian berupa analisis, koreografi dan fungsi Tari yang berjudul Tari Tanggai Versi Elly Rudy. Dan pada bulan Januari tahun 2007 diadakan wawancara untuk penerbitan buku Tari Tanggai: Selayang Pandang yang digagas oleh Dewan Kesenian Palembang yang pada waktu itu Ketua DKP adalah R. Syahril Erwin, S.E. Nara sumber yang hadir adalah, Ana Kumari, Ailuny Husni, Elly Rudy, Tuti Zahara Akib. Wawancara dilakukan di Palembang bulan Januari 2007 oleh Sartono, M Sn, Sudarto Marelo, Kemas Ari, Sobri Ichwan, dan Muksin (fotografer). Sumber foto koleksi ibu Yuli Sudartati dan Pak Sartono. Model penari (ilustrasi) Tari yang berjudul Tari Tanggai adalah Ibu Elly Rudy, bisa dilihat jelas pada halaman 21 – 30. Menengok ke belakang, bahwa pada tahun 1985 Tari yang berjudul Tari Tanggai Versi Elly Rudy sudah menjadi mata pelajaran di Sekolah Menengah Industri dan Kerajinan (SMKIK) di JI. Demang Lebar Daun Palembang. Kemudian pada tahun 2007 masuk kurikulum bahan ajar Tari Daerah Setempat (TDS) di FKIP Prodi Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) yang sekarang bernama FKIP Prodi Seni Pertunjukan, Universitas PGRI Palembang, dan masih menjadi bahan ajar TDS sampai sekarang. Dan bahwa Elly Rudy adalah pencipta gerak dan Tari Tanggai juga tidak terbantahkan. Karena pada tahun 2014, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Palembang merilis DVD Dokumentasi Tari yang di dalamnya berisi video 4 tarian termasuk Tari Tanggai ciptaan Elly Rudy. DVD tersebut merupakan produksi Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Palembang dengan Pembina, Drs. M. Yanurpan Yany, MM, Pengarah : A. Zajulli, M.Si, Ketua Lisa Surya Andika, MM, Koordinator : Iman Setiawan, S. Kom, Studio Music BALIGA, Video Shooting, Graphic Designer MANSETHA Video Editing MANG UJUK, Music Aransemen A. SAKUR Koreografer MIRZA INDAH D, EKO S. KARTINI L, SUHADA. Dalam video dokumentasi tari milik DISBUDPAR kota Palembang tersebut, Tari Tanggai Elly Rudi berada di posisi nomor 1. Dan tertulis bahwa pencipta gerak dan Tari Tanggai adalah Elly Rudy.

Menyikapi tentang pernyataan Elly Rudi adalah plagiat tari atau pencuri karya orang lain karena menurut yang menulis artikel itu ragam gerak dan komposisi yang sekitar 90 persen dengan Tari gending Sriwiijaya. Ini sungguh merupakan hal yang tidak lucu, tidak masuk akal. dan sangat mengada-ada. Menurut Lina Muchtar, pelatih dan penari senior tari Gending Sriwijaya, gerakan Tari Tanggai saat ini, 90 persen adalah gerakan Tari Gending Sriwijaya. Sedang penulis artikel “SEJARAH MUNCULNYA TARI TANGGAI” ini dengan jelas menyatakan kalau tari Tepak yang membawa Tepak disebut tari Tepak, sedangkan kalau tari Tepak ditarikan tanpa membawa Tepak menurut penulis artikel dan Lina Muchtar menyebutnya sebagai Tari Tanggai. Bagaimana mungkin satu tarian bisa berganti nama sedemikian hanya karena menggunakan tepak atau tidak? Jadi bisa ditarik kesimpulan, bahwa Tari Tanggai yang penciptanya menjadi polemik menurut penulis artikel “SEJARAH MUNCULNYA TARI TANGGAI” ini, sebenarnya adalah Tari Tepak yang tidak memakai Tepak alias Tari Tanggai menurut Lina Muchtar. Hal ini selaras dengan pernyataan Lina yang Muchtar bahwa gerakan Tari Tepak yang tidak memakaiTepak yang menurut Lina Muchtar adalah Tari Tanggai gerakannya 90 persen adalah gerakan Tari Gending Sriwijaya. Ini pun sesuai dengan pernyataan penulis artikel “SEJARAH MUNCULNYA TARI TANGGAI” bahwa gerakan tari tanggai (Tari Tepak yang Tidak memakai Tepak) didominasi oleh sekitar 90 persen gerakan tari Gending Sriwijaya. Dengan demikian kesimpulannya adalah: Tari Tepak yang tidak memakai Tepak yang menurut Lina Muchtar adalah Tari Tanggai, sebenarnya adalah Tari Tepak ciptaan Ibu Maimunah Hasbullah Bandarnata guru tari Lina Muchtar sendiri yang mana gerakannya menurut Lina Muchtar 90 % mengadopsi Tari Gending Sriwijaya ciptaan ibu Sukaenah Rozak. (Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan Lina Muchtar dan Penulis artikel ini sendiri). Ibu Maimunnah Hasbullah Bandarnata merubah musik iringan tari Lagu Gending Sriwijaya ke Lagu Enam Saudara untuk mengiringi Tari Tepak. Jadi Lina Muchtar sendiri adalah murid dari ibu Maimunah Hasbullah Bandarnata yang menciptakan Tari Tepak, jadi bagaimana mungkin Lina Muchtar bisa mengatakan tari Tanggai yang 90 ℅ mengadopsi Tari Gending Sriwijaya adalah sama dengan Tari yang berjudul Tari Tanggai versi Elly Rudi? Dan menurut penulis artikel ini Elly adalah plagiat? Kalaulah Lina Muchtar sendiri yang mengatakan bahwa Tari Tanggai sekarang 90 ℅ mengambil gerakan TGS, sudah jelas Tari Tepak yang tidak membawa Tepak itulah yang dimaksud. Gerakan Tari Tanggai versi Elly Rudy yang diciptakan oleh Elly Rudy berbeda dengan gerakan Tari Tepak yang tidak membawa Tepak.

Jadi setelah uraian di atas, sudah ketahuan siapa yang sebenarnya membuat polemik? Siapa yang sebenarnya menjadi plagiat tari, pencuri karya orang lain, dan siapa yang sebenarnya membuat kebohongan publik?

Mengutip pernyataan dari beberapa artikel yang belakangan ini beredar di beberapa media daring :

“Mengatakan Elly Rudi sebagai pencipta tentu satu kebohongan. Bagaimana mungkin ragam gerak dan komposisi yang sekitar 90 persen dengan Tari gending Sriwiijaya dapat dikatakan pencipta. Jika masih juga dikatakan sebagai pencipta maka patut diduga, Elly Rudi adalah plagiat tari atau pencuri karya orang lain….”

Pernyataan di atas ini jelas adalah merupakan pembodohan publik. Siapa yang dibodohi? Ya, generasi muda kita, anak-anak kita, cucu-cucu kita, generasi penerus pelestari budaya tari tradisional kita. Mereka yang tidak mengalami masa-masa proses penciptaan tari-tari itu tentu akan dibingungkan dengan artikel-artikel yang muncul baru-baru ini. Mereka hanya bisa diam, mendengar dan berasumsi. Dari kutipan di atas jelas kalau yang dimaksud ragam gerak dan komposisi yang sekitar 90 persen Tari Gending Sriwijaya adalah Tari Tepak (yang menurut Lina Muchtar kalau tidak membawa Tepak dengan mudah bisa berganti nama menjadi Tari Tanggai) ciptaan ibu Mainunnah Hasbullah Bandarnata, guru tari Lina Muchtar sendiri. Tapi kenapa justru Elly Rudi pencipta Tari yang berjudul Tari Tanggai yang disalahkan? Bahkan Elly Rudi dianggap sebagai pembohongan publik, pencuri karya orang dan bahkan dianggap plagiat? Hal seperti ini justru adalah pembodohan publik, terutama pembodohan generasi muda pelestari tari tradisional Palembang.

WANNA and GONNA

Do English speakers cut and reduce words? Of course!
I really wanna speak fast.
I’m gonna practice a lot.
What do these sentences mean?

If you want to speak fast in English, you definitely need to use these common reductions.

I really want to speak fast.
I’m going to practice a lot.
The small word “to” becomes “a.”
“Want to” = “wanna”
“Going to” = “gonna”

You can completely forget the clear pronunciation “I-want-to” and exchange it in your mind with “I wanna.”

Every time that you express something that you want, use “I wanna.

I wanna eat out tonight.
-When I go to Palembang, I wanna see the Ampera.
-It’s raining, so I don’t wanna have a picnic.

When you reduce “I want to” and use “I wanna,” your speech becomes faster and more natural!